CN – Program Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR) untuk
memperluas permodalan di wilayah Cirebon mencapai Rp 13,14 miliar.
Berdasarkan informasi
yang dihimpun, program K/PMR di wilayah Cirebon, yang terdiri dari Kota dan
Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan menembus total
outstanding hingga mencapai Rp 13,14
miliar. Angka tersebut terserap ke 972 pelaku usaha produktif yang sebagian
besar bergerak di sektor UMKM.
Penyaluran dilakukan oleh jaringan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang
ada di wilayah Cirebon. “Hasil ini menunjukkan keberhasilan pendekatan keuangan
inklusif untuk melindungi masyarakat, khususnya UMKM dari jeratan rentenir,”
tutur Kepala OJK Cirebon Agus Muntholib, Jumat, 26 September 2025.
Capaian Rp13,14 miliar di semester II 2025 menegaskan peran BPR dalam menjangkau sektor produktif di wilayah pinggiran. Banyak penerima manfaat merupakan pedagang kecil di pasar tradisional, petani, hingga pengrajin yang sebelumnya lebih akrab dengan pinjaman informal.
OJK, lanjut Agus, terus berupaya mendorong agar pelaku UMKM untuk memanfaatkan layanan keuangan formal. K/PMR sehingga mereka tidak terjebak utang berbunga tinggi, “Pola pembiayaan K/PMR dirancang sederhana, cepat, dan berbiaya rendah. Skema itu membuat pelaku usaha yang sebelumnya kesulitan mengakses kredit bank kini dapat memperoleh tambahan modal sesuai kapasitas usahanya,” tutur Agus.
Menurut Agus, hadirnya K/PMR mengubah cara pandang masyarakat terhadap perbankan. “K/PMR juga berhasil memutus ketergantungan dari rentenir,” tegasnya.
Program ini tidak hanya berfungsi sebagai penyalur modal, tetapi juga mendorong daya saing UMKM lokal. Dengan adanya tambahan permodalan membuat pelaku usaha mampu meningkatkan kapasitas produksi, memperluas pasar, bahkan berinovasi pada produk.
"Semakin banyak UMKM yang naik kelas, semakin kuat pula fondasi ekonomi daerah,” kata Agus. Terlebih sebanyak 972 penerima manfaat menjadi sinyal positif. Meski jumlahnya belum terlalu besar dibanding potensi UMKM di wilayah Cirebon namun tren pertumbuhan setiap triwulan menunjukkan arah yang konsisten.
“OJK optimistis penyaluran K/PMR akan terus bertambah seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak memimjam ke rentenir,” tutur Agus.
Untuk itu, lanjut Agus,OJK bersama BPR gencar melakukan sosialisasi, baik melalui komunitas usaha maupun kelompok masyarakat. Edukasi mencakup perencanaan keuangan sederhana, pemahaman bunga pinjaman, hingga pentingnya disiplin membayar cicilan. “Kami ingin masyarakat kecil tidak hanya menjadi nasabah kredit, tetapi juga memahami bagaimana mengelola kewajiban mereka. Edukasi menjadi bagian tak terpisahkan dari program K/PMR,” tutur Agus. (Hid)